Kamis, 29 Oktober 2020

[Cara Menulisku Bagian Kedua: Berdamai Pada Diri Sendiri]



Hai kamu si setia yang menunggu bagian keduanya! Selamat membaca ya.

Belajar untuk ikhlas

Dalam menulis, saya belajar untuk merangkai kata-kata. Belajar menuangkan segala yang saya rasakan lewat tulisan. Belajar untuk ikhlas ketika saya mengirim tulisan ke "media" yang ternyata tidak mendapatkan respon yang baik. Segala hal berkaitan dengan kata "ikhlas" bermula pada menulis. Bahkan, ketika saya mencoba harus ikhlas melepaskan "si dia", menulis menjadi pilihan saya untuk meluapkan segala sedih dan rapuh yang saya rasakan.

Memang benar, perihal menulis pada awalnya adalah berisi kata-kata yang selalu mewakili perasaan si penulis. Akan tetapi, alangkah lebih luar biasa ketika penulis bisa mengutarakan kata-kata penuh kegembiraan, padahal hatinya sedang patah sepatah-patahnya.


Berdamai pada diri sendiri

Kepada hal yang tak mampu lagi saya upayakan;

Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bertahan pada keadaan. Semua tenaga sudah terkuras bahkan hampir habis. Segala letih keringat perjuangan sudah saya kerahkan walaupun hanya menyisakan perih.

Cukup sudah hati ini tersakiti sebab patah hati. Sekarang saya sudah sadar bahwa memang cukup sampai disini saya mengupayakan semuanya agar tetap baik-baik saja.

Pulpen dan buku menjadi teman setia. Menulis ialah cara saya untuk berdamai pada diri sendiri dan tetap melanjutkan perjalanan hidup. Maaf dan terima kasih.


Menuliskan doa-doa baik

Kita tidak bisa memaksakan ketika ternyata kenyataan tidak sesuai dengan realita. Dalam hidup ada yang datang dan pergi, semua silih berganti. Begitulah skenario ilahi bekerja di bumi ini.

Saya pernah melewati fase dimana saya merasakan patah sepatah-patahnya. Terlalu banyak yang membuat saya kecewa, entah saya yang kurang hati-hati atau bagaimana, jelas itu sering terjadi dalam hidup saya.

Dengan segala rupa bentuk luka yang saya rasakan, saya mencoba merawat segala bentuk luka dengan Doa. Karena bagi saya,  ketika kita menulis sebuah harapan pada secarik kertas; secara tidak langsung kita telah menuliskan doa-doa baik dari yang paling baik.


Hal di luar perkiraan

Semenjak banyak hal yang diluar perkiraan saya terjadi, yang membuat saya merasa lelah dan menyalahkan keadaan; saya berusaha tetap jalani kehidupan seperti biasanya.

Sabar ya. Semuanya cukup dijadikan pelajaran serta pengalaman hidup. Pesan yang bisa saya rasakan, jangan pernah menyia-nyiakan keadaan walaupun akhirnya kamu yang menjadi "korban" dari kisah perjalanan itu.

Lantas, apa lagi yang bisa saya lakukan? 

Untuk saat ini, menulis menjadi salah satu hal yang bisa terus saya lakukan. Ketika bergeming adalah sikap yang harus saya ambil, tak pernah dianggap penting adalah penyebabnya.

Kalau sebelum ada dia saya bisa bahagia, masa dia pergi saya malah jadi tidak bahagia?


Terima kasih untuk kamu yang sudah mau baca sampai bagian kedua.

Ada salah satu orang yang saya rasa dia lebih berpengalaman, kata beliau kalau melakukan sesuatu jangan setengah-setengah, kurang afdol katanya hehehe.

Jadi, jangan sampai kamu tidak baca bagian ketiga yang sekaligus bagian akhirnya yah!

3 komentar:

  1. Kata kata memang paling menyayat hati😍

    BalasHapus
  2. yang paling ngertiin emang diri sendiri😭

    BalasHapus
  3. YUK BELAJAR MENGIKHLASKAN DAN BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI!
    SEMANGATTT :)

    BalasHapus